saya berusaha. Berusaha untuk menjatuhkan air mata ini ke dalam, bukan ke luar seperti yang biasa saya lakukan. Membasahi pipi sehingga muka saya tampak berantakan. Setidaknya itu akan menjadi hiburan tersendiri saat saya berkaca setelah puas menangis.
Saya mencoba bangkit. Menguatkan hati untuk menutup mata dan telinga dari apa pun yang dapat menambah keperihan dari luka yang ia torehkan. Luka yang entah kapan akan sembuh, benar- benar sembuh, walaupun harus meninggalkan bekas. Tidak seperti hari ini, atau beberapa minggu yang lalu, luka itu masih berdarah. Tapi tak bisa diobati, karena letaknya yang jauh. Sangat dalam tanpa ada seorang pun yang melihat, tidak juga saya, namun rasa sakitnya begitu nyata. Rasa sakitnya meremukkan. Seperti kerupuk, saya hancur !
Anda benar-benar menghancurkan saya !
Saya mencoba tertawa. Saya iri pada anda ! Sungguh. Derai tawa anda yang begitu bebas sangat memuakan.
Saya mencoba bangkit, berdiri dan berlari. Mensejajarkam posisi dengan anda hingga kedudukan kita bisa 1:1. Namun ada kekuatan hitam yang mendorong saya jatuh kembali.
Apakah anda tahu ?
Anda lah kekuatan hitam itu.
Pergi dan menjauhlah!
Saya ingin hidup tenang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar